Bagaikan tali...

Menurut Rasulullah saw (dalam hadis riwayat Al-Bazar dan Ath-thabrani), Al-Qurãn itu ibarat tali, yang satu ujungnya di tangan kita dan ujung lainnya di 'tangan' Allah. Dengan kata lain, Al-Qurãn adalah alat komunikasi kita dengan Allah. Bahkan saya sering mengatakan bahwa Al-Qurãn adalah satu-satunya wakil Allah di bumi.

عن جبير ابن مطعم رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم
أبشروا فإنّ هذا القرآن طرفه بيدالله وطرفه بيدكم فتمسّكوابه فإنكم لم
تهلكوا ولا تضلّوا بعد أبدا (البزر والطبرنى)


Sunday, January 3, 2010

Lebih jauh tentang ilmu



            Orang Indonesia biasa menerjemahkan ilmu menjadi pengetahuan. Tapi, tidak semua pengetahuan bisa disebut ilmu.
            Bangsa Indonesia menerima istilah dan pengertian ilmu pada mulanya dari bangsa Arab yang menyebarkan agama Islam. Tapi pandangan bangsa Arab tentang ilmu agaknya tidak mereka ambil dari Islam (Al-Qurãn).
            Pandangan bangsa Arab tentang ilmu dirumuskan dalam pepatah mereka yang berbunyi: al-’ilmu nûrun fil-qalbi (العلم نور فى القلب). Pandangan ini diajarkan di berbagai pesantren dan madrasah, dan diterjemahkan menjadi: ilmu adalah cahaya (dalam) hati.
            Jadi, bangsa Arab mengumpamakan ilmu sebagai cahaya, yang berperan menerangi al-qalbu (= akal; pikiran; batin; jiwa). Pandangan ini mengandung kebenaran; tapi sayangnya tidak lengkap. Tentu saja benar bahwa ilmu menjadi cahaya atau penerang bagi kalbu, tapi mereka  tidak menjelaskan dari mana datangnya cahaya itu; apakah datang dari luar atau timbul begitu saja dalam pikiran (= otak) manusia.
            Karena tidak jelas disebutkan dari mana sumber ‘cahaya’ itu, maka pandangan bangsa Arab tentang ilmu tersebut, bisa dikatakan memiliki kesamaan dengan pandangan salah satu ahli filsafat Yunani, yaitu Plato atau Platon (427-347 sbM).
            Sesuatu yang terdapat dalam ‘hati’ disebut Plato sebagai idea, yang merupakan bawaan manusia sejak lahirnya dari alam idea (ide). Dengan kata lain, manusia lahir ke dunia dengan membawa kenangan tentang segala sesuatu yang pernah diketahuinya di alam idea. Dengan idea (= kenangan) itu lah, kata Plato, manusia mengenali segala sesuatu yang ada dalam kehidupan di dunia ini, yang disebutnya sebagai bayangan idea. Lebih lanjut, menurut ajaran Plato, karena apa yang ada di dunia ini hanya bayangan idea, maka keadaannya tidak sesempurna seperti aslinya. Kuda yang kita lihat, misalnya, tidak sesempurna kuda yang sebenarnya, yang ada di alam idea. Bagi Plato, segala yang kita saksikan di dunia ini adalah kenyataan semu. Dalam kajian ilmu filsafat, ajaran Plato itu dikenal sebagai aliran filsafat idealisme, dan ia memang pelopor dalam aliran tersebut.
            Ajaran Plato mengajak manusia lari ke alam idea alias lamunan. Melalui ajarannya itu, Plato mempengaruhi para penganut filsafatnya untuk menjauhi segala hal yang bersifat duniawi.
            Pengaruh ajaran Plato diperluas melalui agama Kristen, khususnya melalui orang Mesir bernama Plotinus (205-270 M), tokoh terbesar dalam aliran Neo-Platonisme (ajaran Plato versi baru), yang juga menjadi perintis bagi lahirnya filsafat Kristen yang disebut filsafat  Scholastik. Kemudian, tokoh besar yang dianggap orang suci  (santo atau saint) dalam filsafat Kristen tersebut adalah Santo Agustinus (354-430 M). Dialah yang menulis 22 jilid buku yang menguraikan tentang dua kerajaan, yaitu Kerajaan Tuhan (Civitas Dei) yang ada di atas sana (sorga), dan Kerajaan Iblis (Civitas Diaboli) yang ada di dunia ini. Tapi di dunia ini juga ada wakil Kerajaan Tuhan, yaitu Gereja; tepatnya Gereja Katolik yang kini ada di Vatikan, Italia.
            Karena pandangan filsafat demikian itu, agama Kristen membagi kehidupan menjadi (1) urusan agama (yaitu Gereja), dan (2) urusan dunia.  Urusan agama kadang disebut sebagai urusan spiritual, dan sebaliknya urusan dunia disebut sebagai urusan sekular (harfiah berarti duniawi).
            Orang Kristen asli beranggapan bahwa kerajaan mereka bukan terletak di dunia ini, sehingga mereka pun tidak mau terlibat dalam urusan politik[1] (yang tentu merupakan urusan Kerajaan Setan).
            Ajaran Plato itu belakangan juga mempengaruhi orang-orang Islam, khususnya para ahli ilmu kalam dan kaum sufi. Achmad Roestandi SH menulis demikian:

... faktor-faktor extern itu ialah masuknya filsafat Yunani ke alam Islam. Dengan kata lain, filsafat Islam itu mulai tumbuh subur dan mendalam setelah cendekiawan Islam berkenalan dengan filsafat Yunani. Seperti halnya dengan filusuf-filusuf scholastik, filusuf-filusuf Islam pun terpengaruh oleh ajaran-ajaran para filsuf Yunani, dan kelanjutannya mereka pun menjalinkan ayat-ayat Qur’an tertentu dengan ajaran-ajaran filusuf Yunani tersebut.[2]

            Satu hal yang perlu dicatat, dari kaum sufi, misalnya,  lahir pandangan bahwa dunia adalah penjara bagi orang beriman dan sorga bagi orang kafir. Suatu pandangan yang sangat dipengaruhi oleh konsep Agustinus tentang Kerajaan Tuhan (sorga) dan Kerajaan Iblis (dunia).
            Pandangan tersebut tentu sangat menguntungkan para penjajah. Ketika para penjajah berduyun-duyun datang ke berbagai negara Muslim, kaum mislimin hanya bersikap pasif dan menyingkir saja; karena para penjajah itu hanya datang untuk mengambil segala sesuatu yang bersifat duniawi, yang memang merupakan hak mereka di dunia ini, bukan hak orang-orang beriman. Memang kaum sufi moderen telah membantah keras tentang kebenaran ajaran tasauf yang demikian; tapi fakta tetaplah fakta. Yakni, ada satu masa yang begitu panjang, tak lama sejak berakhirnya masa Nabi dan para Khalifah, umat Islam amblas ke dalam kehinaan, dan belum bangkit sampai sekarang, karena para cendekiawan (ulama) mereka terpesona oleh filsafat Barat (Yunani), dan meninggalkan Al-Qurãn.
            Ternyata pula, kedatangan para penjajah ke negara-negara Muslim bukan hanya untuk mengeruk kekayaan alam, tapi juga untuk mengukuhkan pengaruh filsafat Yunani itu, baik melalui Kristenisme yang bermuatan Neo-Platonisme Plotinus-Agustinus, maupun melalui sains (science) yang bermuatan filsafat materialisme atau naturalisme.
            Karena pengaruh yang belakangan itulah, pengertian (konsep) ilmu digambarkan (didefinisikan) dengan konsep sains yang berpangkal pada materialisme/naturalisme. Isa Bugis, dalam salah satu diktatnya menyebutkan satu contoh definisi tentang ilmu yang diambil dari Barat, yaitu: Science is organized body of principles supported by facts. (Ilmu ialah rangkaian keterangan teratur dalam keseluruhan yang didukung oleh faktanya).[3]
            Menurut Isa Bugis, definisi ilmu yang demikian itu adalah hasil dari pengaruh filsafat Idealisme dan Naturalisme yang melahirkan “kesadaran terkatung-katung” (tidak mantap), sebagai hasil dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, yang menjadi obyek studi (pengkajian).
            Definisi yang lain science, dikatakan dalam sebuah kamus sebagai: knowledge arranged in an orderly manner, esp knowledge obtained by observation and testing of facts.[4] (Pengetahuan yang dirangkai secara teratur, terutama pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan pengujian fakta-fakta).
            Menurut tinjauan Isa Bugis definisi tersebut mengandung kelemahan mendasar. Pertama, di sana dikatakan bahwa ilmu adalah hasil usaha manusia setelah mengamati alam. Tapi, manusia tidak mungkin mengenali alam sebelum ada pengetahuan lebih dulu. Dari mana asal pengetahuan itu? Isa Bugis menegaskan bahwa pengetahuan awal (untuk mengenali alam) itu berasal dari Allah. Kedua, bila di sana disebutkan fakta, yakni berbagai benda yang menjadi obyek kajian ilmu, siapa yang mengadakan benda-benda itu? Isa Bugis kembali menegaskan bahwa semua benda yang mereka kaji itu adalah ciptaan Allah, yang juga terikat oleh sunnatullah (hukum alam).
            Kemudian, dengan mengajukan surat Ar-Rahmãn ayat 1-13, Isa Bugis menegaskan bahwa ilmu yang sebenarnya, yang berasal dari Allah (untuk masa sekarang) adalah Al-Qurãn.[5] Dengan demikian ia mengoreksi definisi tersebut menjadi: Ilmu ialah rangkaian keterangan teratur dari Allah menurut Sunnah Rasul terhadap semesta kenyataan yang tergantung kepada Allah.[6]



[1] Ilmu Filsafat Agama, Achmad Roestandi SH, hal. 43-47, Yayasan Lembaga Pengarang & Penerbit Universitas Islam Nusantara, Bandung,
[2] Idem note 4, hal. 50-51.
[3] Idul Fitri: Kembali Hidup Menurut Sistem Zakat, hal. 26, cetakan ke-III, Jakarta, Mei 1978.
[4] Oxford Advanced Learner’s Dictionary Of Current English, AS Horby with AP Cowie & AC Gimson, Oxford University Press 1974.
[5] Untuk masa-masa sebelum Al-Qurãn, ilmu yang benar itu terdapat pada kitab-kitab Allah yang lain (Zabur, Taurat, Injil, dsb.).
[6] Idul Fitri: Kembali Hidup Menurut Sistem Zakat, hal. 31.

30 comments:

  1. Sdri Safina pastilah orang yang pernah ikut study AQ MSR. Dari bahasan yang ditampilkan anda faham betul dengan istilah ilmu. masih ngaji atau sudah menjadi peserta yang punya kelompok diskusi sendiri bu ?

    ReplyDelete
  2. Anonymous: Saya masih belajar, dan sebenarnya belum paham betul spt yg anda kira.
    Mr.dick: Sometimes I tend to be a perfectionist but surely my writing is far from perfect! Anyway, thanks for your appreciation!

    ReplyDelete
  3. assalamu'alaikum ibu safina... maaf klo saya berkomentar dalam bhasa inggris, saya jg msih dalam proses pembelajaran. kebetulan saya alumni proklamasi bogor, menurut saya tulisan ibu di atas agak terlalu terbuka mengenai sosok Pak Isa, apa ibu tidak takut klo terjadi kesalahpahaman seandainya yang membaca tulisan ibu itu orang yang belum pernah sedikitpun tersentuh oleh Study Qur'an, takutnya Pak isa lg yang kena getahnya dan di cap "sesat". maaf klo saya agak sedikit kurang ajar, saya hnya ingin memberi kritik saja. semoga kita selalu dalam koridor segitiga ABC..
    amiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mr.dick,saya butuh info sekolah 45 tingkat sltp,di jabotabek,saya ingin menitipkan anak saya yg sebentar lagi masuk smp,mohon balas ke email vikramjava1@gmail.com.salam dr afwajan patah ranting

      Delete
  4. Wa 'alikumus-salam ...! Pak Isa dianggap sesat itu kan sudah sejak tahun 1960an, dan smp sekarang pun masih! Melalui blog ini - bukan sombong ya! - saya justru ingin menantang siapa pun yg memandang beliau sesat untuk membuktikan kesesatannya secara jujur-ilmiah, semata-mata bertolak ukur pada kebenaran yg netral, tidak ada bias apa pun, tapi semata-mata lillahi ta'ala.
    Itu yg pertama. Kedua, isi blog ini dihidangkan dg semangat pencarian dan atau penghidangan kebenaran, yg merupakan hak dan atau kewajiban semua org.
    Ketiga, blog ini juga diharapkan bisa menjadi salah satu sarana komunikasi bagi siapa pun yg pernah dan masih mengaji.

    ReplyDelete
  5. saya kagum dengan semangat ibu safina dalam berda'wah... muda-mudahan semua peserta study sama semangatnya seperti ibu.. amiin.

    ReplyDelete
  6. Ibu Safina..Apakah Ibu sampai sekarang masih ikut studi.

    ReplyDelete
  7. Aslm, Bu safina.. bloehkh saya mempublikasikan tulisan Anda di Blog saya, (http://imadanalyze.blogspot.com), jika Anda keberatan saya juga tidak akan mempublikasikannya.. terimakasih...

    ReplyDelete
  8. Assalamu'alaikum. saya kagum dengan tulisan ibu, karena saya juga sangat mendukung apa yang diajarkan oleh pak Isa...

    boleh saya re-post portingan ibu di blog saya?? (dzikra13.blogspot.com)

    ReplyDelete
  9. Saya acungkan jempol untuk keberanian Saudara Safina dalam mencantumkan Sumber tulisan anda yakni Isa Bugis(baca Pak Isa), yang menunjukkan intelektual honesty dan memang seharusnya demikian, karena ada banyak penulis yang mencatut tulisan simbol-simbol dan hasil temuan serta gagasan Isa Bugis tanpa menyebutkan sumbernya, mungkin dengan harapan bahwa tulisan itu akan dianggap sebagai hasil karya ilmiah mereka.
    Tapi apakah tulisan inipun boleh dipublikasikan tanpa seizin beliau? Harapan saya mudah-mudahan memang beliau mengizinkan.

    ReplyDelete
  10. saya salut, teruskan berdakwah bu, semoga tegak SEGI TIGA ABC.

    ReplyDelete
  11. Berkesadaran dgn ILMU Sang Pencipta lah yang terpokok bukan pernah ngaji atan masih ngaji dengan ABU. ABU sudah berhasil, diri kita bagaimana ?

    ReplyDelete
  12. Assalamualaikum wrb.saya setuju dengan apa yang disampaikan mr dick.semoga kita terhindar dari cult of personality...Salam segitiga ABC.

    ReplyDelete
  13. baru kali ini saya baca yang seperti ini bagus kajiannya

    ReplyDelete
  14. Emang boleh yah lewat blog ... :-P

    ReplyDelete
  15. mantap saya menyatakan menjadi pendukung ajaran Allah (al quran) mrt sunnah RosulNya....

    ReplyDelete
  16. saya baru ikut kelas basic (pengantar). kalau boleh ada teman-teman lain yang mau meminjamkan atau mencopy kan diktat-diktat yang lainnya untuk saya pelajari. saya akan berterima kasih sekali.

    ReplyDelete
  17. terus terang saya msih bimbang dg perbandingan iman secara umum dg iman secara khusus mnurut sunnah rasul (muhammad).

    ReplyDelete
  18. sebuah tulisan yg sangat menarik... sekedar masukan saja, bila ibu safina memposisikan blog ini sebagai media dakwah, sebaiknya iklan2 yg nempel di sana-sini di hilangkan saja bu... tidak etis saja nampaknya, masa dakwah di campur adukan dgn urusan cari duit segala...

    ReplyDelete
  19. Bapak/Ibu,yang masih ngaji Alquran MSR, Saya akan berterima kasih sekali kalau ada yang bisa pinjamkan diktat Idul Fitri dan Menuju kehidupan Madinah Al Munawwarah. Saya bisa diakses di email: zmuttaqien510@gmail.com.

    ReplyDelete
  20. maaf kayak nya ga etis klo di publikasikan seperti ini..

    ReplyDelete
  21. awas;
    Tike ranting dah kering,tak lama agik patahnye pasti tebuang dari batang.

    ReplyDelete
  22. saya mohon izin untuk mempublikasikan isi dari blog ini di fb saya,,,,
    semoga kita hidup patuh merunduk berdasar ajaran allah msr nya.

    ReplyDelete
  23. isa bugis emang kenal sama lillahi ta'ala ????

    ReplyDelete
  24. Bwt tmn2 studi amsr klw ad yg pny jaringn untuk wilayah kal-sel khusus ny daerah banjarbaru klw ad tlng invite pin bb sy yach..7f9c034c

    ReplyDelete
  25. siip tenan lanjut terus tanpa tanding,,

    ReplyDelete
  26. saya baru hijrah sybingung..dan saya tak tau pilih yg mana.

    ReplyDelete

Followers