Bagaikan tali...

Menurut Rasulullah saw (dalam hadis riwayat Al-Bazar dan Ath-thabrani), Al-Qurãn itu ibarat tali, yang satu ujungnya di tangan kita dan ujung lainnya di 'tangan' Allah. Dengan kata lain, Al-Qurãn adalah alat komunikasi kita dengan Allah. Bahkan saya sering mengatakan bahwa Al-Qurãn adalah satu-satunya wakil Allah di bumi.

عن جبير ابن مطعم رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم
أبشروا فإنّ هذا القرآن طرفه بيدالله وطرفه بيدكم فتمسّكوابه فإنكم لم
تهلكوا ولا تضلّوا بعد أبدا (البزر والطبرنى)


Friday, December 4, 2009

Allah Tidak Hanya Mengajarkan Teori



Allah, ‘ãlimul-ghaib wa- syahãdah

Dalam banyak surat Al-Quran kita temukan penegasan bahwa Allah itu ‘ãlimul-ghaib wa syahãdah (عالم الغيب و الشهادة).

Yang pertama perlu ditegaskan di sini adalah pengertian kata ‘ãlimun, apakah berarti mengetahui atau pemberi tahu (pengajar ilmu)?

Bila kita lacak teori sharaf, ‘ãlimun jelas berbentuk isim fa’il, berpola (فاعل). Bentuk katakerjanya adalah ‘alima (fi’l madhi, kata kerja lampau) dan ya’lamu (mudhari’; kata kerja sekarang dan yang akan datang). Jadi, polanya adalah fa’ila-yaf’alu.

Dalam teori sharaf dikatakan bahwa fi’il yang berpola fa’ila-yaf’alu sebagian merupakan katakerja (1) lãzim (tak berobyek), sebagian (2) muta’addi (berobyek).

Contoh yang lãzim: fariha (gembira), ‘ajiba (heran), salima (selamat).

Contoh yang muta’addi: lazima (memegang), syahida (melihat, menonton).

Lantas, ‘alima masuk ke mana?

Cara lain untuk mengetahui apakah sebuah fi’il itu lãzim atau muta’addi adalah dengan melihat isim fã’il, isim alat dan isim maf’ul-nya. Bila ada isim fã’il, isim alat dan isim maf’ul-nya, berarti muta’addi. Bila tidak, berarti lãzim.

Bila demikian halnya, pertanyaan di atas itu bisa dijawab secara pasti. ‘alima adalah fi’l muta’addi, karena di dalam Al-Qurãn kita bisa berkali-kali menemukan bentuk isim fã’il-nya.

Selain itu, bentuk maf’ulnya juga sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu ma’lum (diketahui, dikenal).

Tapi, kita juga sering menggunakan istilah alïm, untuk menyebut “orang yang memiliki ilmu” atau “pemilik ilmu”. Kata alïm (عليم), yang berpola fa’ïl (فعيل) jelas mengisyaratkan bahwa kata kerjanya (‘alima) tidak berobyek

Kesimpulannya, ternyata kata ‘alima bisa menjadi fi’l lãzim dan bisa pula muta’addi. Penentunya adalah posisinya dalam kalimat.

Pembahasan ini penting, untuk menjawab rasa penasaran mereka yang menganggap teori sharaf (morfolofi) sebagai salah satu penentu pengertian, sehingga tidak boleh diabaikan.

Bagi saya sudah cukup jelas bahwa Allah yang ‘ãlim (عالم) atau alïm (عليم) itu menyerahkan kepada kita suatu ma’lumat yang berarti informasi, pemberitahuan, berita, data, dsb., dalam bentuk nyata berupa Al-Qurãn. Dalam konteks inilah saya terjemahkan ãlimul-ghaib (عالم الغيب) menjadi: pengajar Al-Quran. Yakni pengajar satu teori atau konsep budaya.
Dengan demikian, terjemahan bagi sambungannya, (‘ãlimu)-syahãdah (الشهادة [عالم] ) adalah: pengajar praktik atau penerapan, yakni praktik atau penerapan Al-Qurãn.

Dengan kata lain, Allah adalah pengajar konsep dan sekaligus pembimbing bagaimana konsep itu bisa diterapkan.


No comments:

Post a Comment

Followers